Bersepeda -sepedaan- Itu ...... (sumber utama: Harian Cetak, KOMPAS, Minggu, 29 Maret 2009)
Sepedaan.. sepedaan.. sepedaan, begitulah yang terbayang di benakku ketika teman-teman bersepedaku mengajak berkumpul untuk sekedar berbincang mengenai kelompok sepedaan kami. Telah lama kami berinteraksi dalam kegiatan sepedaan setiap hari minggu. Wilayah Serang (Banten) dan sekitarnya menjadi area penjelajahan kami. Jalan raya, jalan desa hingga pematang sawah, juga dari jalan yang lurus, keriting hingga berbatu, semua kami lewati untuk memenuhi hasrat bersepeda kami. Belakangan ini kegiatan sepedaan kami mulai sedikit diikuti peserta, mungkin rute yang telah terasa membosankan dan ditambah pula banyak teman-teman kami yang tak bisa ikut lantaran berbagai kepentingan yang memang harus didahulukan. Oleh karena itu Jum’at malam kemarin (30Okt)kami mencoba berkumpul untuk berbincang lagi tentang kegiatan sepedaan kami, sepedaan kita, dan jum'at malam itu pun dicapai kata sepakat untuk bertekad terus menggiatkan sepedaan kami, hingga tujuan dan cita-cita kami terwujud.
Menteri Negara Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia
Saya bersepeda sejak kecil, ke sekolah naik sepeda. Waktu kuliah di UGM, Yogyakarta, saya juga naik sepeda. Ketika kuliah di Amerika Serikat, tetap naik sepeda. Bisa dibilang, sepanjang hidup saya ini naik sepeda. Sepeda yang saya pakai sekarang saya beli tahun 1995 di AS, merek Track. Murah meriah, ha-ha-ha. Saya juga punya sepeda lipat.

Penyanyi dan pencipta lagu, warga Bintaro
Sepeda benar- benar jadi alat transportasi buat aku. Kalau lagi shooting di televisi, aku genjot sepeda. Mau ke berbagai acara, genjot juga. Justru di jalan Jakarta yang macet, naik sepeda menjadi lebih cepat, bisa nyalip mobil.
Aku hobi sepedaan sejak kecil. Dulu kan gak dikasih banyak uang saku, jadi aku bersepeda, he-he-he. Kalau sekarang, sih, sudah menjadi kebutuhan. Kalau lagi ngamen ke daerah-daerah, aku bawa sepeda lipatku, masukkan aja ke koper, praktis. Oya, merek sepeda lipatku Bike Friday seri Tikit, range harganya antara Rp 18-21 juta. Aku memiliki enam sepeda, sesuai fungsi masing-masing, ada sepeda gunung, ontel, juga ada BMX, sepeda masa kecilku.
Naik sepeda rasanya keren, bisa masuk ke mana-mana. Sekarang, saya malah jadi ikut berkampanye anti-pemanasan global dan hemat energi dengan sepeda. Sekalian nyemplung untuk misi lingkungan. Saya yakin, nanti orang akan balik lagi ke sepeda, seperti masa kejayaan dulu.

Aktor, warga River Park, Bintaro
Saya mulai menyukai sepeda sejak kerusuhan Mei 1998. Kok transportasi kayaknya lebih enak dengan sepeda. Saya membeli sepeda seharga Rp 2-an juta, lalu mulai sering kumpul dengan teman. Tahun 2000-an saya kenal Pak Subronto Laras dari klub Ikatan Penggemar Sepeda Jakarta. Dari sana, saya mulai benar-benar menggemari sepeda, yang bagi saya adalah sport. Saya membeli sepeda balap, merek Look buatan Perancis. Harga Rp 30-an juta, tapi untuk kelasnya, harga itu masih murah karena ada yang Rp 75 juta lebih.
Saya pernah genjot sepeda dari ujung Bintaro ke Tanjung Priok. Kalau bersama klub, bahkan sampai ke Anyer, bisa makan waktu seharian. Kalau ke Yogya, nanti sepedaannya dari kota ke Borobudur atau Parangtritis pulang-pergi. Kalau ke lokasi shooting, saya genjot dari rumah. Sekarang, sepedaan tiap Sabtu-Minggu saja.
Saat mengayuh sepeda, rasanya seperti di atas awan. Bersepeda itu melatih daya tahan tubuh, konsentrasi, dan juga kesabaran. Naik sepeda tidak boleh emosional, nanti dua jam saja sudah habis energinya. Bersepeda itu memadukan kerja otot dan emosi.

Komisaris Utama Indomobil Group, warga Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat, yang ngantor di MT Haryono, Ketua Jakarta Cycling Club
Saya dulu ikut pandu. Pas usia sembilan tahun, saya bertugas menjemput pemimpin pandu, Abunda Mastini. Saya berangkat naik sepeda ke rumah Abunda di Jalan Panarukan, Menteng, lalu kami beriringan ke tempat kepanduan di Salemba. Malamnya, saya mengantar Abunda pulang. Sepeda waktu itu jadi alat mobilisasi.
Usia 14 tahun, saya ikut balap sepeda dengan rute Jakarta-Bogor. Latihannya di sepanjang Jalan Sudirman yang waktu itu sisi kanan-kirinya masih sawah. Saya ikut tur ke Kebayoran, jaraknya kira-kira 40 kilometer PP. Dulu naiknya sepeda jengki yang dimodifikasi sendiri.
Saya punya dua lusin sepeda, tapi saya bagi-bagikan ke pembalap. Saya suka pakai sepeda balap Colnago Carbon, harga Rp 50-an juta. Saya juga disponsori pabrik sepeda Giant. Manfaat? Sejak 15 tahun lalu saya divonis sakit jantung, tapi tertolong dengan bersepeda. Kenikmatan bersepeda? Memperluas pergaulan.
Saya menyukai sepeda sejak saya berusia 6 Tahun ketika itu saya akan masuk Sekolah Dasar. Saya membeli sepeda mini berwarna hijau dengan hasil tabungan saya selama bersekolah di TK, seharga Rp. 65.000,- Semenjak itu sepeda selalu menjadi bagian hidup saya, meskipun sepeda itu lebih pantas dinaiki anak-anak perempuan, karena dilengkapi dengan keranjang di depan, boncengan dibelakang, dan dikedua setangnya terdapat pita berwarna warni. Sepeda mini tersebut menemani saya hingga SMP, tentunya setelah mengalami modifikasi disana-sini karena munculnya era BMX, tetapi akhirnya sepeda itupun tak kuat melawan pesatnya perubahan jaman dan berakhir di tukang loak. Sekolah pun berlanjut dengan menggunakan angkutan umum.
10 comments:
=))
Saya sebenarnya ingin juga ikut gerakan BTW alias Bike to work tapi apa daya tempat tinggal saya dekat dengan salah seorang tokoh di atas, yaitu Bapak Subandono, yaitu di Serang-Banten, sementara saya berdinas di Jakarta. Jadi, bisa dibayangkan akan sampai jam berapa di tempat kerja atau bahkan mungkin tidak akan sampai.
Benar pak ketua..., sepedaan memang banyak membawa manfaat selain kesehatan terjaga... sepedaan juga bisa dijadikan ajang refreshing..., nyambung tali silaturahim..., nambah saudara..., lagi dan lagi dan lagi...
hahahahah itu tokoh yang photonya paling bawah bukannya kemaren muncul dalam rekamannya Anggodo CS wakakakkaa
Menurut saya sepedaan ya kebutuhan....
Lah...
Mengingat usia dah kepala 3, sepedaan merupakan olah raga yG aman, bagus untuk jantung, paru-paru, rematik, asam urat, dan satu lagi...stamina biar lebih greng...
...waduuuh betul-betul pendapat para tokoh ini memotivasi saya untuk selalu sepedaan, terima kasih ya SXC2........ :))
Saya setuju dengan pendapat Om Mars mengenai "lebih greng" ini karena terbukti selama hampir setahun aktif di SXC2, sudah banyak teman-teman yang bertambah anak-anaknya. Huahaa.... =))
ya yaaaaa, pendapat para tokohh ...
ehmmm...lumayan, kluar masuk hutan, turun naek gunung, sebrangi sungai, bahkan kadang terjungkal ketimpa sepeda....
yah..namanya mo sehat, apa aja dilakuin deh...
Sebagai salah satu penggemar Sepedaan di Semarang, minta dikirim info - info lewat blog saya. Tks
oh, ya...
Salam hangat tuk para bikers di Semarang.
Post a Comment