Km 0 Jalan Anyer-Panarukan |
Hari Sabtu tanggal 22 Desember 2021, di awal liburan panjang empat hari, kami gowes wisata ke km 0 jalur legendaris Anyer-Panarukan. Asosiasi saya mendengar Anyer-Panarukan langsung tertuju pada Daendels dan kerja rodi. Ya, memang Gubernur Jenderal Hindia Belanda saat itu yang bernama Herman Willem Daendels-lah yang memerintahkan pembuatan jalan raya pos yang menghubungkan Anyer di Banten sampai ke Panarukan di Jawa Timur melalui bagian utara Pulau Jawa dengan jarak sekitar 1.000 km. Fungsinya untuk memudahkan akomodasi-transportasi militer dan untuk mempertahankan Pulau Jawa dari kemungkinan serangan Inggris. Tapi sayangnya, untuk membangun itu, Pemerintah Hindia Belanda menggunakan tenaga kerja Indonesia yang diwajibkan bekerja secara paksa (rodi). Jadi, jalan ini dibangun dengan darah dan nyawa rakyat Indonesia.
Tim Lengkap 14 Goweser |
Setelah sedikit santiaji dan berdoa, perjalanan dimulai menjelang pukul 8.30. Walau ramalan cuaca memprediksi hujan petir hari itu, saat start sudah terasa panas. Tak apalah, malah bagus karena sinar matahari masih memberikan vitamin D yang bermanfaat buat tubuh kami.
Trek yang kami lalui benar-benar jalan raya dari awal sampai akhir, berlapis aspal walaupun tidak seluruhnya mulus. Mulai menanjak dari Taktakan, TPSA Cilowong, Gunung Sari, dan rehat di sebuah warung di Panenjoan untuk melahap nasi ketan dan sambalnya yang maknyus.
Untuk yang belum terbiasa, mencapai Panenjoan lumayan berat karena jalanan terus-menerus nanjak sepanjang 22,83 km dari tikum di KPP Serang sampai dengan puncak tertinggi yang kami lalui di Gunung Sari (+351,4 m), sebagaimana tampak pada Vertical profil GPS. Yang terberat tentu saja di sekitar TPSA Cilowong yang bukan karena tanjakannya saja yang panjang, tapi juga aromanya yang menyengat.
Dari Panenjoan, trek sebagian besar tinggal menurun saja sampai ke Pasar Mancak. Selamat menikmati bonus. Dari sana, dilanjut ke Pasar Anyer, masih menyisakan beberapa tanjakan-turunan yang masih harus ditaklukkan, bahkan beberapa merupakan tanjakan-turunan bertingkat, persis roller coaster. Sepertinya latihan rutin ke puncak trek 45 dapat memudahkan menaklukkan tanjakan-tanjakan itu. Sementara, kecepatan maksimal sepeda di turunan bisa mencapai 61 km/jam.
Selepas Pasar Mancak, kondisi jalan sangat sempit sehingga untuk mobil yang berpapasan harus extra-hati-hati kalau tidak mau bersenggolan. Bahkan, karena ketinggian aspal di beberapa tempat sekitar 20-30 cm dari tanah, mobil-mobil tidak boleh keluar dari aspal kalau rodanya tidak ingin terperosok. Ketika kami menanjak, mobil-mobil yang ingin menyusul harus ikut merayap di belakang karena susah mendahului. Sementara, gerimis mulai ikut mewarnai perjalanan kami. Baru di Pasar Anyer, kondisi jalan kembali lebar. Tingggal 5 km lagi untuk mencapai mercusuar.
Hey...Hey...Siapa Dia? |
Menuju mercusuar, kami harus menahan terpaan angin dari depan yang lumayan menahan laju sepeda kami, persis seperti waktu kami berekspedisi ke Tanjung Lesung. Sementara, pemandangan pantai jangan harap bisa dinikmati karena sebagian besar tertutup oleh banyak hotel, villa, bungalow pribadi, dan warung! Kalau rakyat biasa seperti kami ingin menikmati suasana pantai, harus mencari kawasan wisata yang terbuka untuk umum dan tentunya membayar retribusi yang di beberapa tempat tidak jelas larinya kemana. Tidak ada makan siang gratis!
Tulisan di pintu masuk menara suar |
Menara Suar Cikoneng |
Di kawasan ini juga sedang dibangun sebuah dermaga yang fungsinya belum kami ketahui. Yang jelas, sekarang dipakai untuk tempat para pehobi mancing melakukan aktivitasnya. Uniknya, ketika saya bersepeda ke tengah dermaga itu, GPS menunjukkan kalau saya sedang di tengah laut, hehehe…. Dia tidak membaca adanya dermaga ini. Jadi ingat istilah pada awal-awal belajar komputer, Computer is dummy!
Menara Suar Cikoneng dari arah dermaga baru |
![]() |
View di atas menara,,,ada penunggunya |

![]() |
Google Earth Trek Gowes Km 0 |
Wassalam.
3 comments:
anak hilang itu...akhirnya muncul juga
anak hilang itu ternyata malah ngobrol dengan teheh manis #tepokjidat#
waktu di puncak suar cikoneng, hati trasa berdesir dan kaki nyeri...karena menara sedikit bergoyang saat angin berhembus kencang.
Post a Comment